MAKALAH
PROFESI
KEPENDIDIKAN
LAYANAN
DAN BIMBINGAN KONSELING
DISUSUN
OLEH KELOMPOK III :
1. DEKHI
SURYA PRANATA (4016008)
2. SURYANI
MELASARI (4016031)
KELAS
: IVB
DOSEN
PENGAMPU : ARMI YUNETI, S.Kom., M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI)LUBUKLINGGAU
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A.
Hubungan Bimbingan dan Pendidikan................................................... 3
B.
Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran
di Sekolah..................... 6
C.
Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah................................... 11
D.
Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan
Konseling.......................... 14
E.
Fungsi, Asas, dan Prinsip Bimbingan dan
Konseling............................ 22
F.
Faktor – Faktor yang Menimbulkan Kesulitan
Belajar......................... 23
G.
Hakikat Bimbingan dan Konseling........................................................ 32
BAB III PENUTUP..................................................................................... 35
A.
Kesimpulan ........................................................................................... 35
B.
Saran...................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 36
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami hanturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq
dan Hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
mata kuliah Profesi Kependidikan “Layanan Bimbingan dan Konseling”.
Dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong dan
memotivasi pembuatan makalah ini supaya lebih baik dan lebih efisien. kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Armi Yuneti, S.Kom., M.Pd sebagai dosen
pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang kurang sempurna
dalam pembahasan ini, oleh karena itu bagi pihak yang membaca makalah ini bisa
memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan serta dalam penyempurnaan makalah
ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para
pembaca.
LubukLinggau, 05 Maret 2018
Kelompok III.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Landasan dalam bimbingan dan konseling
pada hakekatnya merupakan dasar pijakan dan kacamata bagi konselor dalam
melaksanakan dan mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Filsafat
sebagai landasan bimbingan dan konseling bermakna bahwa filsafat menyediakan
dasar pijakan bagi bimbingan dan konseling untuk berdiri . Filsafat berusaha
membimbing, mengarahkan semua praktek konseling karena praktek konseling yang
tidak memiliki landasan filosofis akan mengalami kekosongan makna.
Walaupun demikian membahas landaan
filosofis merupakan hal yang sangat sukar. Selain karena diperlukan usaha yang
berkaitan dengan pemikiran pemikiran kritis dan mendasar, juga dikarenakan
banyaknya aliran, faham dan konsep filsafat yang ada.
Salah satu dari berbagai masalah filsafat
yang harus dihadapi konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan
filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang yang membantu konseli dalam
melakukan pilihan. Pengkajian landasan landasan filosofis bimbingan dan
konseling ini difokuskan kepada pembahasan mengenai; makna, fungsi dan prinsip
filosofis Bimbingan dan Konseling; hakikat Manusia; Tujuan, Tugas Manusia dan
Implikasinya terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
Dengan mempunyai Landasan folosofis Yang
baik, konseli akan dibawa dari manusia yang apa adanya menjadi manusia yang Apa
seharusnya, Yang Ideal menurut kaedah kebenaran, hakikat Sifat manusia, dan
akhirnya menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa hubungan Bimbingan
dengan Pendidikan?
2.
Bagaimana Peran Bimbingan
dalam Proses Pembelajaran di Sekolah?
3.
Bagaimana Pengembangan
Program Bimbingan di Sekolah?
4.
Apa saja Bidang dan Jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling?
5.
Apa itu Fungsi, Asas dan
Prinsip Bimbingan Konseling?
6.
Apa saja Faktor yang
menimbulkan kesulitan belajar?
7.
Apa itu Hakikat Bimbingan
dan Konseling?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui hubungan
Bimbingan dengan Pendidikan
2.
Memahami Peran Bimbingan
dalam Proses Pembelajaran di Sekolah
3.
Mengetahui cara Pengembangan
Program Bimbingan di Sekolah
4.
Untuk memahami Bidang
dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
5.
Mengimplementasikan Fungsi,
Asas dan Prinsip Bimbingan Konseling
6.
Mengetahui Faktor yang
menimbulkan kesulitan belajar
7.
Mengetahui dan memahami Hakikat
Bimbingan dan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Hubungan Bimbingan dengan Pendidikan
Sesuai dengan sifat dan
karakteristik perkembangan anak bimbingan dan konseling di sekolah lebih
efektif menjadi bagian terpadu dari tugas guru bimbingan dan konseling.
Bimbingan di sekolah dilaksanakan secara terpadu dalam proses pembelajaran,
kecuali hal-hal yang memerlukan penanganan khusus. Dalam proses pembelajaran di
sekolah guru perlu menampilkan peran sebagai pendidik, dan kepemimpinan dengan
menciptakan iklim atau situasi pembelajaran yang bernuansa bimbingan. Dalam
proses pembelajaran itu guru berperan tidak hanya sebatas menyampaikan bahan
ajar tetapi sekaligus mengembangkan perilaku-perilaku efektif baik yang
berkenaan dengan pendidikan.
Secara formal kedudukan bimbingan
dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta perangkat Peraturan
pemerintah, yaitu PP Nomor 28 dan 29 tahun 1990 juga Secara eksplisit telah
menggariskan keberadaan bimbingan dalam system pendidikan nasional.
Peraturan Pemerintahan Nomor 28
tahun 1990, pasal 25, dan peraturan Pemerintahan Nomor 29 tahun 1990, pasal 27
dikemukakan bahwa: (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya dalam menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan, (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan formal, seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan perlu
dilaksanakan Secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan
untuk itu. Untuk pendidikan pada saat ini, dengan memperhatikan karakteristik
dan kebutuhan siswa.
Di dalam konteks pendidikan
nasional, keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling telah memiliki legalitas
yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam sistem Pendidikan Nasional
dengan diakui predikat konselor secara eksplisit di dalam Undang-Undang No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada Bab I pasal 1 ayat 4 dinyatakan
bahwa "pendidik adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan, "pengakuan legalitas profesi konselor ini
sejalan dengan paradigma berfikir yang mengandung konsep redefinisi pendidikan
dan reposisi bimbingan dan konseling. Kartadinata (2003) menjelaskan bahwa
fokus kegiatan pendidikan tidak lagi terletak sebatas kegiatan mengajar dengan
mengutamakan peranan guru, melainkan dengan sengaja dan terencana melibatkan
berbagai profesi pendidik, termasuk konselor, untuk menangani ragam aspek
perkembangan dimensi belajar, dengan menggunakan pola relasi dan transaksi yang
beragam pula.
Bimbingan dipandang sebagai salah
satu komponen yang tak terpisahkan dari komponen-komponen lainnya. Di Indonesia
perkembangan bimbingan dimulai dalam bidan pendidikan, khususnya pendidikan
formal di sekolah kurikulum 1975 dan 1976 merupakan wadah formal bagi
pelaksanaan bimbingan dalam pendidikan di sekolah. Dengan adanya kebijakan
pemerintah yang menyempurnakan kurikulum menjadi kurikulum yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat, yang kemudian "kurikulum 1994" dalam kurikulum 2004 atau
KBK, terakhir kurikulum 2013 bimbingan dan konseling semakin memiliki peran
penting dalam pengembangan kompetensi, baik kompetensi intelektual, personal,
sosial, maupun vokasional.
Dalam (Undang-Undangan Nomor
20/2003) pasal 3 ditegaskan bahwa "Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratif secara bertanggung jawab".
Tujuan
inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap
anak didik sebagai pribadi.
Dengan
demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya
pribadi-pribadi yang berkembang maka kegiatan hendaknya bersifat menyeluruh,
yang tidak hanya kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi
kegiatan yang menjamin bahwa anak didik. Secara pribadi mendapat layanan
sehingga akhirnya dapat berkembang Secara optimal. Kegiatan pendidikan yang
diinginkan, seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai
dengan pengadminitrasian yang baik, pengajaran yang memadai, dan layanan
pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Bila
tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka
prose pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan
sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan
inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di
luar bidang garapan pengajarannya, tetapi secara tidak langsung menunjang
tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini
dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat
mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan Secara penuh (Mortensen &
Schemuller, 1969)
Bimbingan
dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disetiap
sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan
oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai
berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam
waktu sekian jam (± 6 jam) hidupnya berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relative masih muda sangat membutuhkan bimbingan
baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam
mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran
konselor di sekolah dapat menunggalkan tugas guru (Lindquist dan Chamely yang
dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat
membantu guru, dalam hal:
1.
Mengembangkan dan memperluas
pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan
profesinya sebagai guru.
2.
Mengembangkan wawasan guru
bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhinya proses belajar-mengajar.
3.
Mengembangkan sikap yang
lebih positif agar proses belajar siswa efektif.
4.
Mengatasi masalah-masalah
yang ditemui guru dalam melaksanakan tugas.
Konselor
dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih
efektif. Oleh karena itu kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Kalau kita
menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya,
yaitu membantu setiap pribadi peserta didik belum terpenuhi. Pertama, secara
akademis masih nampak gejala bahwa peserta didik belum mencapai prestasi
belajar secara optimal. Hal ini nampak, antara lain gejala-gejala: putus sekolah,
tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurangan-percayaan
masyarakat terhadap hasil pendidikan, dan sebagainya. Kedua, secara psikologis,
masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang,
gejala salah satu, kurang percaya diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap
santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya.
Ketiga,
secara sosial ada kecenderungan peserta didik belum memiliki penyesuaian sosial
secara memadai, seperti: tawuran/ perkelahian antar pelajar (antara pemuda),
pelanggaran tata tertib sekolah, konflik dengan teman, konflik dengan guru,
atau konflik dengan anggota keluarganya.
Keempat,
secara moral, masih banyak peserta didik yang memiliki kesadaran moralitas atau
kesadaran beragama yang memadai, hal ini ditunjukkan dengan prilaku seperti:
kriminalitas, free sex (zina) atau hubungan seksual di luar pernikahan), meminum minuman keras, menggunakan
obat-obat terlarang, narkotika, ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pemerkosaan.
B. Peran
Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah
Dalam proses pembelajaran siswa,
setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil
belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak
bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai
pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari
berbagai jenis gejalanya seperti dikemuka- kan Ahmadi (1977) sebagai berikut:
1.
Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukannya.
3.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar: suka menantang,
dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka
membolos, suka mengganggu, dan sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan
belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi
tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada
siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila
masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar dengan baik,
karena konsentrasinya akan terganggu.
Dalam kondisi sebagaimana
dikemukakan di atas, maka layanan bimbingan dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:
1.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diarahkan kepada
upaya membantu peserta didik dalam mempelajari konsep dan keterampilan yang
terkait dengan program kurikuler sekolah. Bimbingan belajar di sekolah akan
terpadu dengan proses pembelajaran yang berorientasi kepada perkembangan
peserta didik.
Winkel (1978) mengatakan bahwa
layanan bimbingan mempunyai peran penting untuk membantu siswa, antara lain
dalam hal:
a.
Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan
yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
b.
Mengatasi masalah pribadi
yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah
ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga, dan sebagainya.
2.
Bimbingan
Pribadi
Bimbingan
pribadi lebih terfokus kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan
aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungan,
kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosi, dan identitas diri.
Layanan bimbingan pribadi amat erat
kaitannya dengan membantu peserta didik menguasai tugas-tugas perkembangan
sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sama
halnya dengan bimbingan belajar, layanan bimbingan pribadi ini pun akan banyak
terwujud dalam bentuk penciptaan iklim lingkungan pembelajaran dan kehidupan
sekolah.
Satori
(2005) menyatakan bahwa peran guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta
didik adalah sebagai berikut:
a.
Bersikap peduli terhadap
anak
Sikap
peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik sebagai seorang pribadi dan
memahami apa yang terjadi pada
dirinya. Sikap ini memungkinkan guru mampu menyentuh dunia kehidupan individual peserta didik
dan terbentuknya suatu relasi
yang bersifat membantu (helping relationship).
b.
Bersikap konsisten
Sikap
konsisten ialah bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan konsekuensi tindakannya, dan bukan karena kesamaan perlakuan yang di berikan guru. Prinsip
konsistensi ini mengandung implikasi bahwa peristiwa-peristiwa di dalam kelas
harus memungkinkan peserta
didik memahami posisi dan peran dirinya, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan perilakunya.
c.
Mengembangkan lingkungan
yang stabil
Guru harus
berupaya mengembangkan struktur program dan tatanan yang dapat menumbuhkan
perasaan peserta didik bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki keteraturan,
stabilitas, dan tujuan. Lingkungan seperti ini akan membantu perkembangan diri
peserta didik; sedangkan lingkungan yang tak menentu, penuh stress dan
kecemasan akan menumbuhkan frustasi dan perilaku salah.
d.
Bersikap permisif
Sikap permisif ialah memberikan
keleluasaan dan menumbuhkan keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan
menguji kemampuannya, serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan keragaman
perilaku peserta didik.
3.
Bimbingan
Sosial
Dalam
proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi/ tenggang
rasa, saling memberi dan menerima (take and give), tidak mau menang sendiri, atau kalau mempunyai pendapat harus diterima
dalam mengambil keputusan. Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan
sosial di kelas atau di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi
siswa yang bersangkutan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam
belajar.
Bimbingan
sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga tercipta lah
suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Ahmadi (1977) bimbingan sosial
ini dimaksudkan untuk:
a.
Memperoleh kelompok belajar
dan bermain yang sesuai.
b.
Membantu memperoleh
persahabatan yang sesuai.
c.
Membantu mendapatkan
kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.
Disamping
itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian
diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing,
1978).
4.
Bimbingan
Karier
Bimbingan
karier di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta
didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap
positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan pengembangan
kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karier di sekolah juga terkait erat
dengari upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai,
kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri.
Bailey dan
Nihlen (1989) menyarankan program pengembangan kesadaran karier di sekolah,
khususnya disekolah lanjutan hendaknya dikembangkan secara terpadu dan mencakup
hal-hal berikut ini.
a.
Informasi yang difokuskan
kepada tanggung jawab dan struktur pekerjaan.
b.
Penyediaan waktu dan
kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi pengetahuan tentang dunia kerja dan
pengalaman yang diperoleh dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c.
Kesempatan bagi peserta
didik untuk berinteraksi dengan orang- orang yang bekerja di sekitarnya.
Interaksi ini, akan menjembatani anak dengan dunia kerja.
d.
Kesempatan bagi peserta
didik untuk mengetahui bagaimana orang merasakan pekerjaan atau profesi yang
dipilihnya.
e.
Kesempatan bagi peserta
didik untuk mengenali peran faktor jenis (gender) dalam pekerjaan.
5. Pengembangan
Program Bimbingan di Sekolah
Ada 4 komponen inti dalam program bimbingan,
yaitu:
a. Layanan dasar umum adalah layanan yang diarahkan untuk membantu seluruh
murid mengembangkan perilaku-perilaku yang harus dikuasai untuk jangka panjang.
b. Layanan responsif adalah layanan membantu murid mengatasi masalah
mengembangkan perilaku yang menjadi kebutuhan pada saat ini dan harus segera
dilayani.
c. Layanan perencanaan individual diarahkan untuk membantu murid
merencanakan pendidikan, karier dan pengembangan pribadi
d. Pendukung
sistem.
C. Pengembangan
Program Bimbingan di Sekolah
1. Hakikat
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dapat diartikan sebagai
"proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal".
Sedangkan konseling diartikan sebagai "proses membantu individu (klien)
secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan
diri atau memecahkan masalah yang dihadapi". Konseling merupakan salah
satu layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.
Bimbingan dan konseling bertujuan
membantu individu/peserta didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara
optimal, baik menyangkut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun
moral spiritual.
2.
Program
Bimbingan di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling
dapat mencapai hasil yang efektif bilamana di mulai dari adanya program yang
disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan di
lakukan dalam rangka pemberian bimbingan dan konseling. Jadi, bimbingan program
bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan
terkoordinasi selama periode tertentu. (Winkel, 1991:98)
Menurut pendapat Hocth dan Costor
yang di kutip Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah
suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu
individu dalam mengadakan penyesuaian diri.
Program bimbingan itu menyangkut 2
faktor yaitu faktor pelaksanaan atau orang yang akan memberikan bimbingan dan
faktor- faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan
siswa-siswa dan sebagainya yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan.
(Abu Ahmadi,1977:41)
Program bimbingan memberikan arah
yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah dengan efisien dan efektif. Tujuan bimbingan
di sekolah adalah membantu siswa:
a.
mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga
memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
b.
Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani
c.
Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kelanjutan
studi
d.
Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan masalah
sosial- emosional di sekolah (Soetjipto, 1994:66).
Ada 4 komponen inti dalam program
bimbingan yaitu:
a.
Layanan dasar umum
b.
Layanan responsif
c.
Layanan perencanaan individual
d.
Layanan Pendukung sistem (TIM DOSEN FKIP, 2010:70)
a.
Layanan Dasar Umum
Layanan dasar umum di artikan
sebagai "proses pemberian bantuan kepada semua siswa melalui
kegiatan-kegiatan secara kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
membantu perkembangan dirinya secara optimal".
Tujuan layanan ini untuk membantu
semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang
sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya atau dengan kata lain
membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci
tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:
1)
Memiliki kesadaran atau pemahaman tentang diri dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama);
2)
Mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya;
3)
Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan
masalahnya;
4)
Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai
tujuan hidup.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
siswa disajikan materi layanan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial belajar dan karier. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa
mencapai tugas - tugas perkembangannya.
Materi lain yang dapat diberikan
kepada siswa adalah perkembangan
motif berprestasi, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan pemecahan
masalah, dan keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
b.
Layanan Prosesif
Layanan ini merupakan pemberian bantuan kepada siswa
yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.
Tujuan layanan ini adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu mencapai tugas
perkembangannya. Tujuan ini dapat dikemukakan sebagai upaya untuk
mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera
dan dirasakan dengan masalah sosial, pribadi, karier, dan masalah perkembangan
pendidikan.
Materi layanan prosesif bergantung
kepada masalah dan kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan
dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti keinginan siswa untuk
memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,
pergaulan bebas.
Masalah (gejala masalah) yang
mungkin dialami siswa antara lain: merasa cemas tentang masa depan, merasa
rendah hati, berperilaku impulsif (kekanak-kanakan), membolos dari sekolah dan
sebagainya.
c.
Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual
diartikan proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan masa depannya. Ini berdasarkan pemahaman akan
kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan
yang tersedia dalam lingkungannya.
Tujuan layanan ini adalah membantu
siswa agar: memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu
merumuskan tujuan, perencanaan, pengelolaan terhadap perkembangan dirinya baik
Menyangkut aspek pribadi maupun karier. Juga dapat melakukan kegiatan
berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskan.
Layanan perencanaan individual juga
dapat sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencana, memonitor, dan
mengelola rencana pendidikan dan kariernya.
Melalui layanan ini siswa dapat
mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karier dan
mengembangkan kemampuan sosial pribadi, dan mengambil keputusan yang
merefleksikan perencanaan dirinya. Materi layanan ini berkaitan erat dengan
perkembangan aspek akademik (memanfaatkan keterampilan belajar), karier
(memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif), dan sosial pribadi
(pengembangan konsep diri yang positif).
d.
Layanan Dukungan Sistem
Ketiga komponen program merupakan
pemberian layanan bimbing dan konseling kepada siswa secara langsung. Sedangkan
dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara
tidak langsung memberi bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran atau perkembangan
siswa.
Program ini memberikan dukungan
kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
sekolah.
·
Dukungan sistem ini meliputi, yaitu:
a.
Pemberian layanan
Pemberian layanan ini menyangkut
kegiatan guru pembimbing (konselor). Misalnya konsultasi dengan guru dan
menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat.
b.
Kegiatan manajemen
Kegiatan manajemen merupakan upaya
untuk memantapkan, memeliharakan dan memantapkan mutu program bimbingan dan
konseling.
(Bimbingan dan konseling, http:// id.wikipedia.org/
wiki/
bimbingan dan konseling,3 Februari 2010)
D. Bidang dan
Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1.
Bidang
Layanan Bimbingan Konseling
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
terdiri atas empat bidang pelayanan, yaitu:
a.
Kehidupan dan perkembangan pribadi.
Dalam bidang bimbingan pribadi,
pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan
pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri
serta sehat jasmani dan rohani. Bidang Bimbingan Rohani dapat di rincian
sebagai berikut:
1)
Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta
pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)
Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan
diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun peranan di masa depan.
3)
Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan
minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan
yang kreatif dan produktif.
4)
Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan
diri dan usaha-usah penanggulangannya.
5)
Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.
6)
Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan
keputusan yang telah diambilnya.
7)
Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup
sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
b.
Kehidupan dan perkembangan sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan
dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok
berikut:
1)
Pengembangan dan pemantapan kemampuan komunikasi baik
melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2)
Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan
sosial baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi
tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, peraturan dan
kebiasaan yang berlaku.
3)
Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis
harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah lain, di luar
sekolah maupun di masyarakat pada umumnya.
4)
Pengenalan, pemahaman, dan pemantapan tentang
peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan
kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan bertanggung jawab.
5)
Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan
pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
6)
Orientasi tentang hidup berkeluarga.
c. Kehidupan
dan perkembangan kegiatan pembelajaran
Dalam bidang bimbingan belajar,
pelayanan BK membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini
dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1) Pengembangan
sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber
belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan
keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program
penilaian hasil belajar.
2) Pengembangan
dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
3) Pemantapan
pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat
untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.
4) Pemantapan
penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu,
teknologi, dan kesenian.
5) Orientasi
dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan tambahan.
d.
Kehidupan dan
perkembangan kegiatan karier dan pekerjaan
Dalam bidang bimbingan karier dan pekerjaan,
pelayanan BK ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan
pilihan karier. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1)
Pengenalan terhadap dunia
kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2)
Pengenalan dan pemantapan
pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
3)
Pengembangan dan pemantapan
informasi tentang kondisi tuntutan kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta
latihan kerja sesuai dengan pilihan karier.
4)
Pemantapan cita-cita karier
sesuai bakat, minat dan kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif
terhadap pilihan karier.
2. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Berbagai jenis layanan dan
kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Jenis layanan dan
kegiatan tersebut perlu terselenggara sesuai dengan keempat bidang bimbingan
yang telah dibahas di atas. Layanan yang diberikan kepada peserta didik
meliputi:
a. Layanan
orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan yang
memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya
memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru dimasukinya. Materi kegiatan
layanan orientasi meliputi:
1)
Pengenalan lingkungan dan
fasilitas sekolah.
2)
Peraturan dan hak-hak serta kewajiban peserta didik.
3)
Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan
meningkatkan hubungan sosial siswa.
4)
Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.
5)
Peranan kegiatan bimbingan karier.
6)
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.
b. Layanan Informasi
Layanan informasi bersama dengan layanan orientasi memberikan pemahaman
kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan
arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan
di sekolah diantaranya yaitu informasi pendidikan, informasi jabatan, dan
informasi sosial budaya. Materi layanan informasi meliputi:
1)
Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang
kemampuan dan perkembangan pribadi.
2)
Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat,
minat, serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.
3)
Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma,
dan sopan santun.
4)
Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang
berlaku dan berkembang di masyarakat.
5)
Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program
inti, program khusus, dan program tambahan.
6)
Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat
mengikuti ujian nasional dan ujian sekolah.
7)
Fasilitas penunjang atau sumber belajar.
8)
Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.
9)
Syarat-syarat mempersiapkan suatu jabatan, kondisi
jabatan atau karier serta prospeknya.
c. Layanan Bimbingan Penempatan dan Penyaluran
Yang membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk
perkembangan potensi-potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam
kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran
ke jurusan/ program studi, penyaluran
untuk studi lanjut atau untuk bekerja. Materi kegiatan layanan ini meliputi:
1)
penempatan kelas siswa, program studi atau jurusan,
dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan,
kemampuan, bakat, dan minat.
2)
penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya,
kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
3)
Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan
kebutuhan siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun program pengayaan dan
seleksi.
4)
Menempatkan dan menyalurkan siswa pada kelompok yang
membahas pilihan khusus program studi sesuai dengan rencana karier, kelompok
latihan keterampilan dan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.
d. Layanan Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar yaitu layanan yang membantu siswa untuk mengatasi
masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan ini
memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya,
sesuai dengan perkembangan IPTEK. Materi kegiatan layanan ini meliputi:
1)
Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama
pemahaman sikap, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyaluran,
kelemahan-kelemahan dan penanggulangan, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita.
2)
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku
dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
3)
Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin
belajar dan berlatih secara efektif dan efisiensi.
4)
Teknik penguasaan materi pelajaran.
5)
Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak
dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier.
6)
Orientasi belajar di
perguruan tinggi.
7)
Orientasi hidup berkeluarga
e. Layanan Konseling Individual
Layanan konseling individual yaitu konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan ini memungkinkan peserta
didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan. Pelaksanaan usaha
pengentasan permasalahan siswa dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Pengenalan dan pemahaman
permasalahan
2)
Analisis yang tepat
3)
Aplikasi dan pemecahan
permasalahan
4)
Evaluasi, baik evaluasi
awal, proses, ataupun evaluasi akhir.
5)
Tindak lanjut.
Materi
layanan konseling ini meliputi:
1)
Pemahaman sikap, kebiasaan,
kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat serta penyalurannya.
2)
Pengentasan kelemahan diri
dan pengembangan kekuatan diri.
3)
Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial baik di rumah, di sekolah
dan di masyarakat.
4)
Mengembangkan sikap
kebiasaan belajar yang baik, disiplin
dan berlatih dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan
potensi diri.
5)
Pemantapan pilihan jurusan
dan perguruan tinggi.
6)
Pengembangan dan pemantapan
kecenderungan karier dan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan rencana karier.
f. Layanan Bimbingan
Konseling Kelompok
Yaitu konseling yang dilaksanakan pada sekelompok
orang yang mempunyai permasalahan yang serupa. Layanan ini memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh
berbagai bahan dari narasumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama
pokok bahasan (topic) tertentu
yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau
untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan untuk
pengambilan Keputusan dan/atau tindakan tertentu. Materi layanan ini meliputi:
1)
Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan
cita-cita serta penyalurannya.
2)
Pengenalan kelemahan diri
dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya.
3)
pengembangan kemampuan berkomunikasi,
menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial baik
di rumah, sekolah maupun masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah
dan kondisi atau peraturan sekolah.
4)
pengembangan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan di rumah sesuai dengan kemampuan
pribadi siswa.
5)
Pengembangan teknik-teknik penguasaan IPTEK sesuai dengan kondisi fisik,
sosial, dan budaya.
6)
Orientasi dan informasi
karier, dunia kerja dan upaya memperoleh penghasilan.
7)
Orientasi dan informasi
perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
8)
Pengambilan keputusan dan
perencanaan masa depan.
(Ketut Dewa, 2002:113-122)
E. Fungsi,
Asas, dan Prinsip Bimbingan dan Konseling
Pendidikan
akan terselenggara dengan baik apabila ditunjang oleh komponen-komponennya yang
meliputi bidang kepemimpinan atau administrasi, pengajaran dan layanan pribadi
siswa atau bimbingan. Melalui bimbingan, proses pendidikan dapat memfasilitasi
berkembangnya aspek-aspek atau karakteristik pribadi siswa secara optimal.
1.
Sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu/siswa, bimbingan berfungsi sebagai upaya; (1)
pemahaman, (2)pencegahan, (3) pengembangan, (4)perbaikan.
2.
Bimbingan diselenggarakan
berdasarkan prinsip-prinsip; (1)individu/peserta sedang berada dalam proses
berkembang, (2)sasaran bimbingan adalah semua peserta didik, (3)mempedulikan
semua aspek perkembangan, (4)kemampuan peserta didik merupakan dasar
bagi penentuan pilihan, (5)bimbingan merupakan bagian terpadu pendidikan dan
(6)bantuan yang diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan peserta didik
merealisasikan dirinya.
3.
Penyelenggaraan bimbingan yang profesional harus
mempedulikan asas-asas seperti: kerahasiaan, keterbukaan, keahlian,
kedinamisan dan tut wuri handayani.
4.
Membantu Siswa Bermasalah.
Masalah yang dihadapi siswa dapat
dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar. Akan tetapi
biasanya masalah tersebut bermuara menjadi kesulitan belajar. Kesulitan belajar
siswa dapat diidentifikasikan dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan
dasar, pengamatan kebiasaan belajar.
Faktor-faktor yang menimbulkan
kesulitan belajar biasanya digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal.
Ada beberapa teknik membantu siswa kesulitan belajar yaitu: (1) pengajaran
perbaikan, (2) pengayaan, (3) peningkatan motivasi belajar, (4) peningkatan
keterampilan belajar, (5) pengembangan sikap dan I kebiasaan belajar yang
efektif.
Masalah yang dihadapi siswa
dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar.
Masalah
Belajar (Kesulitan Belajar)
Siswa yang mengalami kesulitan
belajar akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, kognatif maupun afektif.
Beberapa perilaku yang merupakan Manifestasi gejala kesulitan belajar, antara
lain:
a.
Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah
rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang
dimilikinya.
b.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah
c.
Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya
dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d.
Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti:
acuh tak acuh, penentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e.
Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti
membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di
dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, dan sebagainya.
f.
Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar,
seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak
menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
F.
Fakor – Faktor yang Menimbulkan Kesulitan Belajar
Faktor yang menyebabkan kesulitan
dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
1.
Faktor Internal Siswa (Dalam Diri Anak)
Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan
diri siswa itu sendiri, meliputi kemampuan intelektual, faktor afektif seperti
perasaan dan percaya diri, motivasi kematangan untuk belajar, usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat,
kemampuan panca indera, labelnya emosi dan sikap.
2.
Faktor
Eksternal Siswa (Dari Luar Anak)
Faktor eksternal yang menjadi
penyebabnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a.
Lingkungan keluarga, contoh: ketidakharmonisan dalam
keluarga dan rendahnya ekonomi keluarga.
b.
Lingkungan tempat tinggal anak, seperti lingkungan
kumuh dan teman sepermainannya nakal.
c.
Lingkungan sekolah, yakni kondisi dan letak bangunan
sekolah yang buruk (dekat pasar, keramaian lainnya), kondisi guru, serta
alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka
akan mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan (baik sosial
maupun non sosial) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses
dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan situasi
dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa, baik di
sekolah maupun di rumah.
Ø
Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis
berarti proses pemeriksaan terhadap sesuatu gejala yang tidak beres. Dengan
demikian, diagnosis kesulitan belajar dilakukan apabila guru menandai atau
mengidentifikasi adanya kesulitan pelajar pada muridnya. Oleh karena itu agar
diagnosis belajar berlangsung secara sistematis, langkah-langkah diagnosis
harus dipahami. Langkah-langkah tersebut adalah:
a.
Mengidentifikasi adanya
kesulitan belajar
b.
Menelaah atau menetapkan
status siswa
c.
Memperkirakan sebab
terjadinya kesulitan belajar
a.
Mengidentifikasi Adanya Kesulitan Belajar
Gejala-gejala munculnya kesulitan belajar dapat
diamati dalam berbagai bentuk, salah satu di antaranya dapat terlihat dari
perubahan perilaku yang menyimpang seperti sering mengganggu teman, sukar
memusatkan perhatian, sering termenung, dan sering bolos. Gejala lainnya juga
dapat dilihat dari menurunnya hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil
latihan.
Menurunnya hasil belajar siswa merupakan indikator
yang kuat tentang adanya kesulitan belajar. Alam kehidupan persekolahan tidak
jarang terjadi seorang murid tinggal kelas berkali-kali tanpa dapat perhatian
dari guru, hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan guru menandai adanya
kesulitan belajar atau guru tidak mau melaksanakan tugasnya.
b.
Menelaah/Menetapkan Status Siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan
cara menempuh:
1)
Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan oleh murid.
2)
Meningkatkan tingkat ketercapaian tujuan khusus
tersebut oleh murid yang bersangkutan dengan menggunakan teknik dan alat
penilaian yang tepat.
3)
Menetapkan pola pencapaian murid yaitu seberapa jauh
berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
c.
Memperkirakan Sebab Kesulitan Belajar
Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang
berbeda. Keadaan ini sering menyesakkan guru dalam memperkirakan penyebab suatu
kesulitan belajar. Misalnya kesulitan dalam membaca dapat disebabkan oleh
terganggunya penglihatan seorang murid, dapat juga disebabkan oleh kemampuan
murid yang rendah dalam mengingat bentuk huruf, atau kemampuan kognitifnya yang
rendah untuk menangkap dan menghubungkan lambang secara serentak.
Agar perkiraan tentang penyebab kesulitan belajar
menjadi lebih terarah dan sistematis, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.
Berdasarkan informasi yang tersedia yang dikumpulkan
dalam tahap penelaahan dan penetapan status. Guru menyusun berbagai sebab yang
mungkin dari kesulitan belajar anak tersebut, misalnya pada kasus Siti,
penyebab yang mungkin adalah kurang fahamnya Siti pada konsep perkalian, kurang
dikuasainya konsep penjumlahan, kelelahan, dan kurang latihan.
b.
Setelah sejumlah sebab diidentifikasi oleh guru, guru
menelaah setiap sebab dan memilih sebab-sebab yang paling mendekati kenyataan.
Pemilihan ini dapat pula dilakukan dengan membuang "sebab" yang kelihatan
kurang tepat, sehingga "tinggal sebab" yang paling mendekati
ketepatan, misalnya: kelelahan yang tidak sesuai dengan keadaan fisik, kurang
terkuasainya konsep penjumlahan dan perkalian, kebenarannya diteliti melalui
latihan, kurangnya latihan.
c.
Setelah menelaah dan memilih sebab-sebab tersebut,
maka guru menarik kesimpulan dari hasil penelaahan tersebut, misalnya penyebab
yang diperkirakan paling tepat adalah kurang terkuasainya konsep dasar
perkalian serta kurangnya latihan.
Keuntungan yang didapat dari cara
ini adalah guru terhindar dari pengabaran atau ketidakpedulian terhadap
penyebab yang dianggap sepele/tidak berarti, padahal mungkin penyebab itu
merupakan penyebab utama.
Berbagai cara, antara lain dengan
menjabarkan secara lebih rinci tujuan-tujuan intelektual yang ada dalam GBPP
dan menyusun rincian tentang perilaku tertentu yang harus ditunjukkan murid
dengan berpedoman pada tugas-tugas perkembangan atau norma-norma yang berlaku
di daerah tersebut.
3. Masalah Bukan Belajar
Masalah bukan belajar ini dibagi menjadi 3,yaitu:
a.
Miisalah (kasus ringan), seperti
membolos, malas, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman
keras, tahap awal berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh
wali kelas dan guru dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah (konselor/guru
pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
b.
Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang,
berkelahi antar sekolah, minum- minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas
sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila.
Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan
berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/professional, polisi, guru, dan
sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
c.
Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika,
pelaku kriminalitas, siswi hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan
senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referral. Upaya membantu
peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku
yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi guru yang berperan
sebagai wali kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan
perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran
yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik (alih tangan kasus)
kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Kepembimbingan
guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan
memelihara lingkungan belajar yang sehat. beberapa upaya yang dapat dilakukan
guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat.
a.
Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk
bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerjasama dengan konselor
sekolah (guru Bimbingan Konseling).
b.
Memanfaatkan
pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan
fungsi bimbingan di dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode
yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan
kehidupan kelompok. Metode yang dimaksudkan, seperti sosiometri, diskusi, dan
bermain peran.
c.
Mengadakan konferensi kasus
dengan melibatkan para guru dan atau orang tua siswa. Konferensi kasus ini
dimaksudkan untuk menemukan alternative bagi pemecahan kasus.
d.
Menjadikan segi kesehatan
mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di sekolah seyogianya tidak
hanya menekankan kepada segi hasil belajar, tetapi juga memperhatikan
perkembangan kepribadian peserta didik. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu
tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e.
Memasukkan aspek-aspek
hubungan insani ke dalam kurikulum sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran
yang harus disajikan guru.
f.
Menaruh kepedulian khusus
terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran.
Secara lebih khusus upaya bantuan bagi siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan adalah dengan
cara-cara berikut ini.
a. Pengajaran
Perbaikan (Remedial
Teaching)
Pengajaran perbaikan
merupakan suatu bentuk pengajaran perbaikan yang bersifat menyembuhkan atau
membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan
merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan, membetulkan
atau membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada
seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud
untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Dibandingkan dengan
pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus karena bahan,
metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang
masalah yang dihadapi siswa. Di samping itu, bekerja dengan para siswa yang
menghadapi masalah belajar banyak sedikitnya berbeda dengan siswa yang
mengikuti pelajaran di kelas biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsure emosional
dapat dikurangi, sedangkan siswa yang sedang mengalami masalah belajar justru
sebaliknya, ia mungkin dihinggapi perasaan takut, cemas, tidak tenteram,
bingung, bimbang, dan sebagainya.
b. Kegiatan
pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam
belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah
dan atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam
kegiatan belajar sebelumnya. Siswa yang cepat belajar hampir selalu dapat
mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya dalam
waktu yang ditetapkan.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak
positif apabila siswa merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas
keberhasilan dan kemampuannya dalam belajar. Selanjutnya ia akan berusaha untuk
mewujudkan dirinya secara lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang
dimilikinya. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif
apabila siswa merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai. Mereka cenderung
menjadi patah hati, tidak bersemangat, jera dan sebagainya. Dalam hubungannya
dengan siswa yang lain, mereka mungkin menjadi siswa yang mengganggu atau salah
tingkah. Hal ini mungkin akan dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajar
mereka
c. Peningkatan motivasi belajar
Guru dan staf sekolah lainnya
berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah dengan:
1) Memperjelas
tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui
tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan
dan minat siswa.
3) Menciptakan
suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan menyenangkan.
4) Memberikan
hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang
menimbulkan efek peningkatan) bilamana perlu.
5) Menciptakan
suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara
siswa dan siswa.
6) Menghindari
tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu, seperti suasana yang
menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.
7) Melengkapi
sumber dan peralatan belajar.
8) Mempelajari
hasil belajar yang diperoleh.
d.
Peningkatan
keterampilan belajar
Prosedur yang dapat dilakukan
diantaranya adalah dengan:
1) Membuat
catatan waktu guru mengajar.
2) Membuat
ringkasan dari bahan yang dibaca.
3) Mengerjakan
latihan-latihan soal.
e. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan
belajar yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Apabila siswa
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik dikhawatirkan siswa tidak
akan mencapai prestasi belajar yang baik karena hasil belajar yang baik itu
diperoleh melalui usaha yang dilakukan oleh siswa yang baik. Sikap dan
kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali
perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru- guru dan
orang tua siswa, Untuk itu siswa hendaknya dibantu dalam hal sebagai berikut.
1)
Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
2)
Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
3)
Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di
rumah.
4)
Memilih tempat belajar yang baik.
5)
Belajar dengan menggunakan
sumber belajar yang baik.
6)
Membaca secara baik dan
sesuai dengan kebutuhan.
7)
Tidak segan-segan bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Di samping
itu dengan cara bantuan di atas terdapat beberapa cara yang lain dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah:
1)
Membantu siswa menyusun rencana yang baik. Rencana ini
memuat pokok dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan
dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan, alat-alat yang
diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang
dicapai.
2)
Membantu siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas. Sebagian besar kegiatan-kegiatan mengajar berlangsung di kelas.
Dalam hal ini, siswa perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan sebelum
mengikuti kegiatan belajar mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat
keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan ada pula yang harus
dikerjakan setelah kegiatan belajar dan mengajar berakhir (setelah sampai di
rumah).
3)
Melatih siswa membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada
banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan
membaca cepat, kemungkinan siswa memperoleh banyak informasi atau ilmu
pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4)
Melatih siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran
secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh siswa
adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write and
Review) yang dikemukakan oleh Francis P.
Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5)
Membiasakan siswa, mengerjakan tugas-tugas secara
teratur, bersih dan rapi.
6)
Membantu siswa menyusun jadwal belajar dan memenuhi
jadwal yang telah disusunnya. Untuk itu diperlukan adanya pemantauan dan
pengawasan yang berkesinambungan.
7)
Membantu siswa agar dapat berkembang secara wajar dan
sehat. Misalnya, dengan memindahkan tempat duduk siswa yang dilakukan secara
berkala, membetulkan posisi duduk siswa (tidak
8)
terlalu membungkuk, (arak mata dengan buku lebih
kurang 30 cm), memeriksa buku dan sebagainya.
9)
Membantu siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti
ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara
menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan ujian.
G. Hakikat
Bimbingan dan Konseling
1.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dapat diartikan sebagai
proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan
konseling dapat diartikan sebagai proses membantu individu (klien) secara
perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri
atau memecahkan masalah yang dihadapi. Konseling merupakan salah satu layanan
bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.
Sebagai satu istilah, Sherzer dan
Stone (1971: 40), mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Sementara Sunaryo
Kartadinata (1990: 4), mengartikan sebagai proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal. Dari definisi di atas dapat diangkat makna
sebagai berikut.
Pertama, bimbingan
merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa bimbingan itu merupakan
kegiatan yang berkesinambungan, berlangsung terus-menerus, bukan kegiatan
seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.
Kedua, bimbingan
merupakan "helping", yang identik artinya dengan aiding, assisting,
atau availing, yang artinya adalah bantuan atau pertolongan.
Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan
diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah siswa sendiri. Dalam
bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada siswa, tetapi
berperan sebagai fasilitator perkembangan siswa. Istilah bantuan dalam
bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk:
a.
Mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa,
b.
Memberikan dorongan dan
semangat.
c.
Menumbuhkan keberanian bertindak dan bertanggung
jawab.
d.
Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah
perilakunya sendiri.
Ketiga, bantuan itu
diberikan kepada individu. Individu yang diberikan bantuan adalah individu yang
sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan
dengan mempertimbangkan keragaman keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian
bantuan yang berlaku umum, setiap bantuan kepada siswa akan dipahami dan
dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan dan masalah yang
dihadapi siswa. Ini berarti bantuan yang diberikan kepada siswa harus
didasarkan kepada pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Oleh karena
itu, guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan dan
masalah siswa.
Dalam hubungannya dengan bimbingan,
konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan, yang sering dikatakan
sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Konseling merupakan layanan
bimbingan kepada individu dalam rangka membantu mengembangkan diri atau
memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok dalam suatu pertalian
hubungan tatap muka (face toface).
Robinson (M. Surya dan Rohman N.,
1986: 25), mengartikan konseling sebagai semua bentuk hubungan antara dua orang
di mana yang seorang, yaitu klien, dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri
secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan
penyuluhan (konseling) ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan
memberikan berbagai informasi, melatih atau Mengajar, meningkatkan kematangan
dan memberikan bantuan melalui Pengambilan keputusan dan usaha-usaha
penyembuhan (terapi). Orang- orang yang terlibat di dalam bidang
pendidikan/pengajaran yang Meliputi kelemahan dalam keterampilan, kebiasaan
belajar, perencanaan kurikulum dan masalah-masalah emosional.
2.
Tujuan
Bimbingan dan Konseling
Salah satu tujuan dari
bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal, yaitu perkembangan
yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan
intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik di mana individu mampu mengenal
dan memahami diri dan sistem nilai, melakukan pilihan mengambil keputusan atas
tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang
disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu
berada di dalam serta menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.
Tujuan umum dari pelayanan
bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan sebagaimana
dinyatakan dalam UU No. 2 Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia
seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Bimbingan dan konseling juga
bertujuan membantu individu/ peserta didik agar dapat mengembangkan
kepribadiannya secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, intelektual,
emosional, sosial maupun moral spiritual.
Sesuai dengan pengertian
bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa
secara optimal maka secara umum layanan bimbingan dan konseling harus dikaitkan
dengan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan
kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan
dunia kerja atau adanya lirik and match (keterkaitan
dan kesepadanan) maka secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah
membantu siswa mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta memilih dan
menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan
dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal. Sedangkan konseling dapat diartikan sebagai proses membantu individu
(klien) secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka
mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapi. Konseling merupakan
salah satu layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan
bimbingan.
Dalam
hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan,
yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan.
Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka membantu
mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok
dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face toface).
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa penyusun makalah masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk
saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penyusunan makalah dan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmara,
Husna. 2015. Profesi Kependidikan. Bandung:
Penerbit Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar