Kamis, 10 Desember 2020

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN LAYANAN DAN BIMBINGAN KONSELING

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN

LAYANAN DAN BIMBINGAN KONSELING



 

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :

1.    DEKHI SURYA PRANATA          (4016008)

2.    SURYANI MELASARI                  (4016031)

KELAS : IVB

DOSEN PENGAMPU : ARMI YUNETI, S.Kom.,  M.Pd

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI)LUBUKLINGGAU

2018

 

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A.    Latar Belakang........................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah................................................................................... 2

C.     Tujuan Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A.    Hubungan Bimbingan dan Pendidikan................................................... 3

B.     Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah..................... 6

C.     Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah................................... 11

D.    Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling.......................... 14

E.     Fungsi, Asas, dan Prinsip Bimbingan dan Konseling............................ 22

F.      Faktor – Faktor yang Menimbulkan Kesulitan Belajar......................... 23

G.    Hakikat Bimbingan dan Konseling........................................................ 32

BAB III PENUTUP..................................................................................... 35

A.    Kesimpulan ........................................................................................... 35

B.     Saran...................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 36 

                                                KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam mata kuliah Profesi Kependidikan “Layanan Bimbingan dan Konseling”.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong dan memotivasi pembuatan makalah ini supaya lebih baik dan lebih efisien. kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Armi Yuneti, S.Kom., M.Pd sebagai dosen pembimbing dalam  penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu bagi pihak yang membaca makalah ini bisa memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan serta dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

 

LubukLinggau, 05 Maret 2018

 

           Kelompok III.

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan dasar pijakan dan kacamata bagi konselor dalam melaksanakan dan mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Filsafat sebagai landasan bimbingan dan konseling bermakna bahwa filsafat menyediakan dasar pijakan bagi bimbingan dan konseling untuk berdiri . Filsafat berusaha membimbing, mengarahkan semua praktek konseling karena praktek konseling yang tidak memiliki landasan filosofis akan mengalami kekosongan makna.

Walaupun demikian membahas landaan filosofis merupakan hal yang sangat sukar. Selain karena diperlukan usaha yang berkaitan dengan pemikiran pemikiran kritis dan mendasar, juga dikarenakan banyaknya aliran, faham dan konsep filsafat yang ada.

Salah satu dari berbagai masalah filsafat yang harus dihadapi konselor adalah bagaimana konselor menggunakan landasan filosofis sehubungan dengan perannya sebagai orang yang membantu konseli dalam melakukan pilihan. Pengkajian landasan landasan filosofis bimbingan dan konseling ini difokuskan kepada pembahasan mengenai; makna, fungsi dan prinsip filosofis Bimbingan dan Konseling; hakikat Manusia; Tujuan, Tugas Manusia dan Implikasinya terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

Dengan mempunyai Landasan folosofis Yang baik, konseli akan dibawa dari manusia yang apa adanya menjadi manusia yang Apa seharusnya, Yang Ideal menurut kaedah kebenaran, hakikat Sifat manusia, dan akhirnya menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal.

 


 

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa hubungan Bimbingan dengan Pendidikan?

2.    Bagaimana Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah?

3.    Bagaimana Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah?

4.    Apa saja Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling?

5.    Apa itu Fungsi, Asas dan Prinsip Bimbingan Konseling?

6.    Apa saja Faktor yang menimbulkan kesulitan belajar?

7.    Apa itu Hakikat Bimbingan dan Konseling?

C.  Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui hubungan Bimbingan dengan Pendidikan

2.      Memahami Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

3.      Mengetahui cara Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah

4.      Untuk memahami Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

5.      Mengimplementasikan Fungsi, Asas dan Prinsip Bimbingan Konseling

6.      Mengetahui Faktor yang menimbulkan kesulitan belajar

7.      Mengetahui dan memahami Hakikat Bimbingan dan Konseling

BAB II

PEMBAHASAN

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

 

A.  Hubungan Bimbingan dengan Pendidikan

Sesuai dengan sifat dan karakteristik perkembangan anak bimbingan dan konseling di sekolah lebih efektif menjadi bagian terpadu dari tugas guru bimbingan dan konseling. Bimbingan di sekolah dilaksanakan secara terpadu dalam proses pembelajaran, kecuali hal-hal yang memerlukan penanganan khusus. Dalam proses pembelajaran di sekolah guru perlu menampilkan peran sebagai pendidik, dan kepemim­pinan dengan menciptakan iklim atau situasi pembelajaran yang bernuansa bimbingan. Dalam proses pembelajaran itu guru berperan tidak hanya sebatas menyampaikan bahan ajar tetapi sekaligus mengembangkan perilaku-perilaku efektif baik yang berkenaan dengan pendidikan.

Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta perangkat Peraturan pemerintah, yaitu PP Nomor 28 dan 29 tahun 1990 juga Secara eksplisit telah menggariskan keberadaan bimbingan dalam system pendidikan nasional.

Peraturan Pemerintahan Nomor 28 tahun 1990, pasal 25, dan peraturan Pemerintahan Nomor 29 tahun 1990, pasal 27 dikemukakan bahwa: (1) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya dalam menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, (2) Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Pengakuan formal, seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan perlu dilaksanakan Secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan pada saat ini, dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa.

Di dalam konteks pendidikan nasional, keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam sistem Pendidikan Nasional dengan diakui predikat konselor secara eksplisit di dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pada Bab I pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa "pendidik adalah tenaga pendidik yang berkualifi­kasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususan­nya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, "pengakuan legalitas profesi konselor ini sejalan dengan paradigma berfikir yang mengandung konsep redefinisi pendidikan dan reposisi bimbingan dan konseling. Kartadinata (2003) menjelaskan bahwa fokus kegiatan pendidikan tidak lagi terletak sebatas kegiatan mengajar dengan mengutamakan peranan guru, melainkan dengan sengaja dan terencana melibatkan berbagai profesi pendidik, termasuk konselor, untuk menangani ragam aspek perkembangan dimensi belajar, dengan menggunakan pola relasi dan transaksi yang beragam pula.

Bimbingan dipandang sebagai salah satu komponen yang tak terpisahkan dari komponen-komponen lainnya. Di Indonesia perkem­bangan bimbingan dimulai dalam bidan pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah kurikulum 1975 dan 1976 merupakan wadah formal bagi pelaksanaan bimbingan dalam pendidikan di sekolah. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang menyempurnakan kurikulum menjadi kurikulum yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang kemudian "kurikulum 1994" dalam kurikulum 2004 atau KBK, terakhir kurikulum 2013 bimbingan dan konseling semakin memiliki peran penting dalam pengembangan kompetensi, baik kompetensi intelektual, personal, sosial, maupun vokasional.

Dalam (Undang-Undangan Nomor 20/2003) pasal 3 ditegaskan bahwa "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang­nya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif secara bertanggung jawab".

Tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi.

Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang maka kegiatan hendaknya bersifat menyeluruh, yang tidak hanya kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa anak didik. Secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang Secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan, seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadminitrasian yang baik, pengajaran yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.

Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka prose pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajarannya, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemam­puan Secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969)

Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disetiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982), sebagai berikut:

1.    Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam (± 6 jam) hidupnya berada di sekolah.

2.    Para siswa yang usianya relative masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.

Kehadiran konselor di sekolah dapat menunggalkan tugas guru (Lindquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam  hal:

1.    Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.

2.    Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhinya proses belajar-mengajar.

3.    Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa efektif.

4.    Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugas.

Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.

Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendi­dikan di Indonesia pada umumnya, yaitu membantu setiap pribadi peserta didik belum terpenuhi. Pertama, secara akademis masih nampak gejala bahwa peserta didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak, antara lain gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurangan-percayaan masyarakat terhadap hasil pendidikan, dan sebagainya. Kedua, secara psikologis, masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, gejala salah satu, kurang percaya diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya.

Ketiga, secara sosial ada kecenderungan peserta didik belum memiliki penyesuaian sosial secara memadai, seperti: tawuran/ perkelahian antar pelajar (antara pemuda), pelanggaran tata tertib sekolah, konflik dengan teman, konflik dengan guru, atau konflik dengan anggota keluarganya.

Keempat, secara moral, masih banyak peserta didik yang memiliki kesadaran moralitas atau kesadaran beragama yang memadai, hal ini ditunjukkan dengan prilaku seperti: kriminalitas, free sex (zina) atau hubungan seksual di luar pernikahan), meminum minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang, narkotika, ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pemerkosaan.

B.  Peran Bimbingan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemuka- kan Ahmadi (1977) sebagai berikut:

1.    Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.

2.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.

3.    Menunjukkan sikap yang kurang wajar: suka menantang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.

4.    Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu, dan sebagainya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu.

Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka layanan bimbingan dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:

1.    Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar diarahkan kepada upaya membantu peserta didik dalam mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program kurikuler sekolah. Bimbingan belajar di sekolah akan terpadu dengan proses pembelajaran yang berorientasi kepada perkembangan peserta didik.

Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan mempunyai peran penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:

a.    Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang

b.    Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya  masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga, dan sebagainya.

2.    Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi lebih terfokus kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosi, dan identitas diri. Layanan  bimbingan pribadi amat erat kaitannya dengan membantu peserta didik menguasai tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkem­bangannya.

Sama halnya dengan bimbingan belajar, layanan bimbingan pribadi ini pun akan banyak terwujud dalam bentuk penciptaan iklim lingkungan pembelajaran dan kehidupan sekolah.

Satori (2005) menyatakan bahwa peran guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta didik adalah sebagai berikut:

a.    Bersikap peduli terhadap anak

Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik sebagai seorang pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya. Sikap ini memungkinkan guru mampu menyen­tuh dunia kehidupan individual peserta didik dan terbentuknya suatu relasi yang bersifat membantu (helping relationship).

b.    Bersikap konsisten

Sikap konsisten ialah bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan konsekuensi tindakannya, dan bukan karena kesamaan perlakuan yang di berikan guru. Prinsip konsistensi ini mengandung implikasi bahwa peristiwa-peristiwa di dalam kelas harus memung­kinkan peserta didik memahami posisi dan peran dirinya, dan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan perilakunya.

c.    Mengembangkan lingkungan yang stabil

Guru harus berupaya mengembangkan struktur program dan tatanan yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki keteraturan, stabilitas, dan tujuan. Lingkungan seperti ini akan membantu perkembangan diri peserta didik; sedangkan lingkungan yang tak menentu, penuh stress dan kecemasan akan menumbuhkan frustasi dan perilaku salah.

d.    Bersikap permisif

Sikap permisif ialah memberikan keleluasaan dan menumbuhkan keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan menguji kemampuannya, serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan keragaman perilaku peserta didik.

 

 

 

3.    Bimbingan Sosial

Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi/ tenggang rasa, saling memberi dan menerima (take and give), tidak mau menang sendiri, atau kalau mempunyai pendapat harus diterima dalam mengambil keputusan. Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas atau di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang bersangkutan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar.

Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga tercipta lah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksud­kan untuk:

a.    Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.

b.    Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.

c.    Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.

Disamping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing, 1978).

4.    Bimbingan Karier

Bimbingan karier di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan pengembangan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karier di sekolah juga terkait erat dengari upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri.

Bailey dan Nihlen (1989) menyarankan program pengembangan kesadaran karier di sekolah, khususnya disekolah lanjutan hendaknya dikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal berikut ini.

a.    Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur pekerjaan.

b.    Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperoleh dari orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.

c.    Kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan orang- orang yang bekerja di sekitarnya. Interaksi ini, akan menjembatani anak dengan dunia kerja.

d.    Kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana orang merasakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.

e.    Kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran faktor jenis (gender) dalam pekerjaan.

5.    Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah

Ada 4 komponen inti dalam program bimbingan, yaitu:

a.    Layanan dasar umum adalah layanan yang diarahkan untuk membantu seluruh murid mengembangkan perilaku-perilaku yang harus dikuasai untuk jangka panjang.

b.    Layanan responsif adalah layanan membantu murid mengatasi masalah mengembangkan perilaku yang menjadi kebutuhan pada saat ini dan harus segera dilayani.

c.    Layanan perencanaan individual diarahkan untuk membantu murid merencanakan pendidikan, karier dan pengembangan pribadi

d.    Pendukung sistem.

C.  Pengembangan Program Bimbingan di Sekolah

1.    Hakikat Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dapat diartikan sebagai "proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal". Sedangkan konseling diartikan sebagai "proses membantu individu (klien) secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapi". Konseling merupakan salah satu layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu individu/peserta didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal, baik menyang­kut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun moral spiritual.

2.    Program Bimbingan di Sekolah

Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana di mulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan di lakukan dalam rangka pemberian bimbingan dan konseling. Jadi, bimbingan program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. (Winkel, 1991:98)

Menurut pendapat Hocth dan Costor yang di kutip Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri.

Program bimbingan itu menyangkut 2 faktor yaitu faktor pelaksanaan atau orang yang akan memberikan bimbingan dan faktor- faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa dan sebagainya yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan. (Abu Ahmadi,1977:41)

Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah dengan efisien dan efektif. Tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:

a.    mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

b.    Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani

c.    Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan kelanjutan studi

d.    Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial- emosional di sekolah (Soetjipto, 1994:66).

Ada 4 komponen inti dalam program bimbingan yaitu:

a.       Layanan dasar umum

b.      Layanan responsif

c.       Layanan perencanaan individual

d.      Layanan Pendukung sistem (TIM DOSEN FKIP, 2010:70)

 

a.    Layanan Dasar Umum

Layanan dasar umum di artikan sebagai "proses pemberian bantuan kepada semua siswa melalui kegiatan-kegiatan secara kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal".

Tujuan layanan ini untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya atau dengan kata lain membantu siswa agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan­nya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:

1)   Memiliki kesadaran atau pemahaman tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama);

2)   Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya;

3)   Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya;

4)   Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidup.

Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa disajikan materi layanan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial belajar dan karier. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa mencapai  tugas - tugas perkembangannya.

Materi lain yang dapat diberikan kepada siswa adalah perkembangan motif berprestasi, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.

 

b.    Layanan Prosesif

Layanan ini merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Tujuan layanan ini adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu mencapai tugas perkembangannya. Tujuan ini dapat dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan dengan masalah sosial, pribadi, karier, dan masalah perkembangan pendidikan.

Materi layanan prosesif bergantung kepada masalah dan kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti keinginan siswa untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.

Masalah (gejala masalah) yang mungkin dialami siswa antara lain: merasa cemas tentang masa depan, merasa rendah hati, berperilaku impulsif (kekanak-kanakan), membolos dari sekolah dan sebagainya.

c.    Layanan Perencanaan Individual

Layanan perencanaan individual diartikan proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan masa depannya. Ini berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia dalam lingkungannya.

Tujuan layanan ini adalah membantu siswa agar: memiliki pema­haman tentang diri dan lingkungannya, mampu merumuskan tujuan, perencanaan, pengelolaan terhadap perkembangan dirinya baik Menyangkut aspek pribadi maupun karier. Juga dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskan.

Layanan perencanaan individual juga dapat sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencana, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan dan kariernya.

Melalui layanan ini siswa dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karier dan mengem­bangkan kemampuan sosial pribadi, dan mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya. Materi layanan ini berkaitan erat dengan perkembangan aspek akademik (memanfaatkan keterampilan belajar), karier (memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif), dan sosial pribadi (pengembangan konsep diri yang positif).

d.    Layanan Dukungan Sistem

Ketiga komponen program merupakan pemberian layanan bimbing dan konseling kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberi bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran atau perkembangan siswa.

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.

·           Dukungan sistem ini meliputi, yaitu:

a.       Pemberian layanan

Pemberian layanan ini menyangkut kegiatan guru pembimbing (konselor). Misalnya konsultasi dengan guru dan menyeleng­garakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat.

b.      Kegiatan manajemen

Kegiatan manajemen merupakan upaya untuk memantapkan, memeliharakan dan memantapkan mutu program bimbingan dan konseling.

(Bimbingan dan konseling, http:// id.wikipedia.org/ wiki/ bimbingan dan konseling,3 Februari 2010)

 

D.  Bidang dan Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

1.    Bidang Layanan Bimbingan Konseling

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling terdiri atas empat bidang pelayanan, yaitu:

 

a.    Kehidupan dan perkembangan pribadi.

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Bidang Bimbingan Rohani dapat di rincian sebagai berikut:

1)   Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2)   Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun peranan di masa depan.

3)   Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.

4)   Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usah penanggulangannya.

5)   Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.

6)   Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

7)   Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

b.    Kehidupan dan perkembangan sosial

Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1)   Pengembangan dan pemantapan kemampuan komunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

2)   Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.

3)   Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah lain, di luar sekolah maupun di masyarakat pada umumnya.

4)   Pengenalan, pemahaman, dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan bertanggung jawab.

5)   Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

6)   Orientasi tentang hidup berkeluarga.

 

c.    Kehidupan dan perkembangan kegiatan pembelajaran

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan BK membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1)   Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.

2)   Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.

3)   Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan pribadi.

4)   Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.

5)   Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan tambahan.

 

d.     Kehidupan dan perkembangan kegiatan karier dan pekerjaan

Dalam bidang bimbingan karier dan pekerjaan, pelayanan BK dituju­kan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantap­kan pilihan karier. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1)   Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2)   Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.

3)   Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karier.

4)   Pemantapan cita-cita karier sesuai bakat, minat dan kemampuan, serta pemantapan sikap positif dan obyektif terhadap pilihan karier.

2.    Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu terselenggara sesuai dengan keempat bidang bimbingan yang telah dibahas di atas. Layanan yang diberikan kepada peserta didik meliputi:

a.    Layanan orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan yang memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru dimasukinya. Materi kegiatan layanan orientasi meliputi:

1)   Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.

2)   Peraturan dan hak-hak serta kewajiban peserta didik.

3)   Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa.

4)   Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.

5)   Peranan kegiatan bimbingan karier.

6)   Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.

b.   Layanan Informasi

Layanan informasi bersama dengan layanan orientasi memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah diantaranya yaitu informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya. Materi layanan informasi meliputi:

1)   Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.

2)   Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.

3)   Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.

4)   Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.

5)   Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti, program khusus, dan program tambahan.

6)   Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti ujian nasional dan ujian sekolah.

7)   Fasilitas penunjang atau sumber belajar.

8)   Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.

9)   Syarat-syarat mempersiapkan suatu jabatan, kondisi jabatan atau karier serta prospeknya.

c.    Layanan Bimbingan Penempatan dan Penyaluran

Yang membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. Termasuk di dalam­nya: penempatan ke dalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke jurusan/ program studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja. Materi kegiatan layanan ini meliputi:

1)   penempatan kelas siswa, program studi atau jurusan, dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan minat.

2)   penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.

3)   Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun program pengayaan dan seleksi.

4)   Menempatkan dan menyalurkan siswa pada kelompok yang membahas pilihan khusus program studi sesuai dengan rencana karier, kelompok latihan keterampilan dan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.

d.   Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar yaitu layanan yang membantu siswa untuk mengatasi masalah belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan ini memungkinkan peserta didik mengembang­kan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan IPTEK. Materi kegiatan layanan ini meliputi:

1)   Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyaluran, kelemahan-kelemahan dan penanggulangan, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita.

2)   Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.

3)   Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisiensi.

4)   Teknik penguasaan materi pelajaran.

5)   Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier.

6)   Orientasi belajar di perguruan tinggi.

7)   Orientasi hidup berkeluarga

 

 

e.    Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual yaitu konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan ini memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan. Pelaksanaan usaha pengentasan permasalahan siswa dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1)   Pengenalan dan pemahaman permasalahan

2)   Analisis yang tepat

3)   Aplikasi dan pemecahan permasalahan

4)   Evaluasi, baik evaluasi awal, proses, ataupun evaluasi akhir.

5)   Tindak lanjut.

Materi layanan konseling ini meliputi:

1)   Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat serta penyalurannya.

2)   Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.

3)   Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat.

4)   Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri.

5)   Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi.

6)   Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karier dan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan rencana karier.

f.     Layanan Bimbingan Konseling Kelompok

Yaitu konseling yang dilaksanakan pada sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang serupa. Layanan ini memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topic) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan untuk pengambilan Keputusan dan/atau tindakan tertentu. Materi layanan ini meliputi:

1)   Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita-cita serta penyalurannya.

2)   Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya.

3)   pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial baik di rumah, sekolah maupun masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi atau peraturan sekolah.

4)   pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan di rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.

5)   Pengembangan teknik-teknik penguasaan IPTEK sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.

6)   Orientasi dan informasi karier, dunia kerja dan upaya memperoleh penghasilan.

7)   Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.

8)   Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

(Ketut Dewa, 2002:113-122)

 

E.  Fungsi, Asas, dan Prinsip Bimbingan dan Konseling

Pendidikan akan terselenggara dengan baik apabila ditunjang oleh komponen-komponennya yang meliputi bidang kepemimpinan atau administrasi, pengajaran dan layanan pribadi siswa atau bimbingan. Melalui bimbingan, proses pendidikan dapat memfasilitasi berkembangnya aspek-aspek atau karakteristik pribadi siswa secara optimal.

1.    Sebagai proses pemberian bantuan kepada individu/siswa, bimbingan berfungsi sebagai upaya; (1) pemahaman, (2)pencegahan, (3) pengembangan, (4)perbaikan.

2.    Bimbingan diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip; (1)individu/peserta sedang berada dalam proses berkembang, (2)sasaran bimbingan adalah semua peserta didik, (3)mempedulikan semua aspek perkembangan, (4)kemampuan peserta didik merupakan dasar bagi penentuan pilihan, (5)bimbingan merupakan bagian terpadu pendidikan dan (6)bantuan yang diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan peserta didik merealisasikan dirinya.

3.    Penyelenggaraan bimbingan yang profesional harus mempedulikan asas-asas seperti: kerahasiaan, keterbukaan, keahlian, kedinamisan dan tut wuri handayani.

4.    Membantu Siswa Bermasalah.

Masalah yang dihadapi siswa dapat dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar. Akan tetapi biasanya masalah tersebut bermuara menjadi kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasikan dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, pengamatan kebiasaan belajar.

Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar biasanya digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal. Ada beberapa teknik membantu siswa kesulitan belajar yaitu: (1) pengajaran perbaikan, (2) pengayaan, (3) peningkatan motivasi belajar, (4) peningkatan keterampilan belajar, (5) pengembangan sikap dan I kebiasaan belajar yang efektif.

Masalah yang dihadapi siswa dibedakan ke dalam masalah belajar dan masalah bukan belajar.

 

 

Masalah Belajar (Kesulitan Belajar)

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, kognatif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan Manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:

a.    Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

c.    Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

d.    Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, penentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

e.    Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

f.     Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

 

F.   Fakor – Faktor yang Menimbulkan Kesulitan Belajar

Faktor yang menyebabkan kesulitan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

1.    Faktor Internal Siswa (Dalam Diri Anak)

Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan diri siswa itu sendiri, meliputi kemampuan intelektual, faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri, motivasi kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, kemampuan panca indera, labelnya emosi dan sikap.

2.    Faktor Eksternal Siswa (Dari Luar Anak)

Faktor eksternal yang menjadi penyebabnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a.    Lingkungan keluarga, contoh: ketidakharmonisan dalam keluarga dan rendahnya ekonomi keluarga.

b.    Lingkungan tempat tinggal anak, seperti lingkungan kumuh dan teman sepermainannya nakal.

c.    Lingkungan sekolah, yakni kondisi dan letak bangunan sekolah yang buruk (dekat pasar, keramaian lainnya), kondisi guru, serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan (baik sosial maupun non sosial) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa, baik di sekolah maupun di rumah.

Ø Langkah-langkah Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis berarti proses pemeriksaan terhadap sesuatu gejala yang tidak beres. Dengan demikian, diagnosis kesulitan belajar dilakukan apabila guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan pelajar pada muridnya. Oleh karena itu agar diagnosis belajar berlangsung secara sistematis, langkah-langkah diagnosis harus dipahami. Langkah-langkah tersebut adalah:

a.       Mengidentifikasi adanya kesulitan belajar

b.      Menelaah atau menetapkan status siswa

c.       Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar

a.    Mengidentifikasi Adanya Kesulitan Belajar

Gejala-gejala munculnya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, salah satu di antaranya dapat terlihat dari perubahan perilaku yang menyimpang seperti sering mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, dan sering bolos. Gejala lainnya juga dapat dilihat dari menurunnya hasil belajar yang dapat dilihat dari hasil latihan.

Menurunnya hasil belajar siswa merupakan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar. Alam kehidupan persekolahan tidak jarang terjadi seorang murid tinggal kelas berkali-kali tanpa dapat perhatian dari guru, hal itu disebabkan oleh ketidak­mampuan guru menandai adanya kesulitan belajar atau guru tidak mau melaksanakan tugasnya.

b.    Menelaah/Menetapkan Status Siswa

Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara menempuh:

1)   Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan oleh murid.

2)   Meningkatkan tingkat ketercapaian tujuan khusus tersebut oleh murid yang bersangkutan dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.

3)   Menetapkan pola pencapaian murid yaitu seberapa jauh berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

c.    Memperkirakan Sebab Kesulitan Belajar

Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda. Keadaan ini sering menyesakkan guru dalam memperkirakan penyebab suatu kesulitan belajar. Misalnya kesulitan dalam membaca dapat disebabkan oleh terganggunya penglihatan seorang murid, dapat juga disebabkan oleh kemampuan murid yang rendah dalam mengingat bentuk huruf, atau kemampuan kognitifnya yang rendah untuk menangkap dan menghubungkan lambang secara serentak.

Agar perkiraan tentang penyebab kesulitan belajar menjadi lebih terarah dan sistematis, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a.         Berdasarkan informasi yang tersedia yang dikumpulkan dalam tahap penelaahan dan penetapan status. Guru menyusun berbagai sebab yang mungkin dari kesulitan belajar anak tersebut, misalnya pada kasus Siti, penyebab yang mungkin adalah kurang fahamnya Siti pada konsep perkalian, kurang dikuasainya konsep penjumlahan, kelelahan, dan kurang latihan.

b.        Setelah sejumlah sebab diidentifikasi oleh guru, guru menelaah setiap sebab dan memilih sebab-sebab yang paling mendekati kenyataan. Pemilihan ini dapat pula dilakukan dengan membuang "sebab" yang kelihatan kurang tepat, sehingga "tinggal sebab" yang paling mendekati ketepatan, misalnya: kelelahan yang tidak sesuai dengan keadaan fisik, kurang terkuasainya konsep penjumlahan dan perkalian, kebenarannya diteliti melalui latihan, kurangnya latihan.

c.         Setelah menelaah dan memilih sebab-sebab tersebut, maka guru menarik kesimpulan dari hasil penelaahan tersebut, misalnya penyebab yang diperkirakan paling tepat adalah kurang terkuasainya konsep dasar perkalian serta kurangnya latihan.

Keuntungan yang didapat dari cara ini adalah guru terhindar dari pengabaran atau ketidakpedulian terhadap penyebab yang dianggap sepele/tidak berarti, padahal mungkin penyebab itu merupakan penyebab utama.

Berbagai cara, antara lain dengan menjabarkan secara lebih rinci tujuan-tujuan intelektual yang ada dalam GBPP dan menyusun rincian tentang perilaku tertentu yang harus ditunjukkan murid dengan berpedoman pada tugas-tugas perkembangan atau norma-norma yang berlaku di daerah tersebut.

3.    Masalah Bukan Belajar

Masalah bukan belajar ini dibagi menjadi 3,yaitu:

a.       Miisalah (kasus ringan), seperti membolos, malas, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman keras, tahap awal berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.

b.      Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, minum- minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melaku­kan gangguan sosial dan asusila.

Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsul­tasi dengan kepala sekolah, ahli/professional, polisi, guru, dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.

c.       Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswi hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referral. Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru. Bagi guru yang berperan sebagai wali kelas sekaligus sebagai guru pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental peserta didik (alih tangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.

Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat. beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat.

a.         Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerjasama dengan konselor sekolah (guru Bimbingan Konseling).

b.        Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungsi bimbingan di dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang dimaksudkan, seperti sosiometri, diskusi, dan bermain peran.

c.         Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan atau orang tua siswa. Konferensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternative bagi pemecahan kasus.

d.        Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi di sekolah seyogianya tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar, tetapi juga memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Walaupun hasil evaluasi kepribadian itu tidak dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.

e.         Memasukkan aspek-aspek hubungan insani ke dalam kurikulum sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan guru.

f.          Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

Secara lebih khusus upaya bantuan bagi siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan adalah dengan cara-cara berikut ini.

a.      Pengajaran Perbaikan (Remedial Teaching)

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran perbaikan yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan, mem­betulkan atau membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.

Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa. Di samping itu, bekerja dengan para siswa yang menghadapi masalah belajar banyak sedikitnya berbeda dengan siswa yang mengikuti pelajaran di kelas biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsure emosional dapat dikurangi, sedangkan siswa yang sedang mengalami masalah belajar justru sebaliknya, ia mungkin dihinggapi perasaan takut, cemas, tidak tenteram, bingung, bimbang, dan sebagainya.

b.      Kegiatan pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah dan atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelum­nya. Siswa yang cepat belajar hampir selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dibandingkan dengan teman-temannya dalam waktu yang ditetapkan.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila siswa merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuannya dalam belajar. Selanjutnya ia akan berusaha untuk mewujudkan dirinya secara lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila siswa merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai. Mereka cenderung menjadi patah hati, tidak bersemangat, jera dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan siswa yang lain, mereka mungkin menjadi siswa yang mengganggu atau salah tingkah. Hal ini mungkin akan dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajar mereka

c.       Peningkatan motivasi belajar

Guru dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan:

1)   Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.

2)   Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa.

3)   Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan menyenangkan.

4)   Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan) bilamana perlu.

5)   Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa.

6)   Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu, seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingung­kan, dan menjengkelkan.

7)   Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

8)   Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

d.      Peningkatan keterampilan belajar

Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan:

1)   Membuat catatan waktu guru mengajar.

2)   Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.

3)   Mengerjakan latihan-latihan soal.

e.       Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif

Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan adanya siswa yang memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Apabila siswa memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang tidak baik dikhawatirkan siswa tidak akan mencapai prestasi belajar yang baik karena hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha yang dilakukan oleh siswa yang baik. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru- guru dan orang tua siswa, Untuk itu siswa hendaknya dibantu dalam hal sebagai berikut.

1)        Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.

2)        Memelihara kondisi kesehatan yang baik.

3)        Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.

4)        Memilih tempat belajar yang baik.

5)        Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.

6)        Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.

7)        Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

Di samping itu dengan cara bantuan di atas terdapat beberapa cara yang lain dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah:

1)        Membantu siswa menyusun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan sub pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.

2)        Membantu siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Sebagian besar kegiatan-kegiatan mengajar berlangsung di kelas. Dalam hal ini, siswa perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar, bagai­mana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan ada pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar dan mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).

3)        Melatih siswa membaca cepat. Kecepatan menunjuk kepada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan siswa memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.

4)        Melatih siswa untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh siswa adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write and Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).

5)        Membiasakan siswa, mengerjakan tugas-tugas secara teratur, bersih dan rapi.

6)        Membantu siswa menyusun jadwal belajar dan memenuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk itu diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.

7)        Membantu siswa agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya, dengan memindahkan tempat duduk siswa yang dilakukan secara berkala, membetulkan posisi duduk siswa (tidak

8)        terlalu membungkuk, (arak mata dengan buku lebih kurang 30 cm), memeriksa buku dan sebagainya.

9)        Membantu siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan ujian.

G.  Hakikat Bimbingan dan Konseling

1.        Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan konseling dapat diartikan sebagai proses membantu individu (klien) secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapi. Konseling merupakan salah satu layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.

Sebagai satu istilah, Sherzer dan Stone (1971: 40), mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Sementara Sunaryo Kartadinata (1990: 4), mengartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Dari definisi di atas dapat diangkat makna sebagai berikut.

Pertama, bimbingan merupakan suatu proses, yang mengandung makna bahwa bimbingan itu merupakan kegiatan yang berkesinam­bungan, berlangsung terus-menerus, bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.

Kedua, bimbingan merupakan "helping", yang identik artinya dengan aiding, assisting, atau availing, yang artinya adalah bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah siswa sendiri. Dalam bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada siswa, tetapi berperan sebagai fasilitator perkembangan siswa. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk:

a.       Mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa,

b.      Memberikan dorongan dan semangat.

c.       Menumbuhkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab.

d.      Mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.

Ketiga, bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberikan bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum, setiap bantuan kepada siswa akan dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa. Ini berarti bantuan yang diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan dan masalah siswa.

Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan, yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face toface).

Robinson (M. Surya dan Rohman N., 1986: 25), mengartikan konseling sebagai semua bentuk hubungan antara dua orang di mana yang seorang, yaitu klien, dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan penyuluhan (konseling) ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau Mengajar, meningkatkan kematangan dan memberikan bantuan melalui Pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi). Orang- orang yang terlibat di dalam bidang pendidikan/pengajaran yang Meliputi kelemahan dalam keterampilan, kebiasaan belajar, perencanaan kurikulum dan masalah-masalah emosional.

2.        Tujuan Bimbingan dan Konseling

Salah satu tujuan dari bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik di mana individu mampu mengenal dan memahami diri dan sistem nilai, melakukan pilihan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam serta menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.

Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 2 Sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu individu/ peserta didik agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial maupun moral spiritual.

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal maka secara umum layanan bimbingan dan konseling harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja atau adanya lirik and match (keterkaitan dan kesepadanan) maka secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.


 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan konseling dapat diartikan sebagai proses membantu individu (klien) secara perorangan dalam situasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapi. Konseling merupakan salah satu layanan bimbingan, yang dipandang inti dari keseluruhan layanan bimbingan.

Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan, yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Konseling merupakan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face toface).

 

B.  Saran

Penulis menyadari bahwa penyusun makalah masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penyusunan makalah dan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

 




 

DAFTAR PUSTAKA

 

Asmara, Husna. 2015. Profesi Kependidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar